SEMOGA BERMANFAAT...!!!. Diberdayakan oleh Blogger.
RSS
Container Icon

Kebudayaan Happy Valentine 

Valentine Day makin angot aja. Remaja muslim banyak yang ikutan. Begitupula kebiasaan pacaran. Bukti kalahnya budaya Islam?

Kalo udah masuk bulan Febuari, nuansa cinta bertebaran. Warna pink jadi dominan. Coklat, asesoris dengan bentuk hati (mohon jangan dibaca dua kali!), dan seabre-abrek kartu cinta laku banget. Belum lagi request lagu cinta macam Dilemma-nya Nelly Tidak perlu kita ceritain kalo itu adalah bagian dari ritual peringatan V Day. Hari cinta sedunia.

Budaya Kufur

Wah, kita mah mo terus terang aja ya Mas, Den, Mba’, Teh, kalo V Day adalah budaya kufur. Sudah terlalu banyak sejarawan – muslim ataupun non-muslim – yang membeberkan kalo peringatan V Day itu berkaitan ama ritual agama di luar Islam.

Malah, tidak sedikit pemuka agama Nasrani yang juga keberatan pada umatnya yang hanyut ama kegiatan V Day ini. Menurut mereka V Day nggak ada hubungannya dengan keimanan kaum Nasrani. menurut Ken Sweiger yang menulis artikel “Should Biblical Christians Observe It?” (www.korrnet.org) kata “Valentine” berasal dari Latin yang berarti: “Yang Maha Perkasa, Yang Maha Kuat dan Yang Maha Kuasa”. Kata ini ditujukan kepada Nimrod dan Lupercus, tuhan orang Romawi. Jadi, sama sekali nggak ada hubungan dengan agama Nasrani.

Dengan agama Islam? Wah, bak langit dan kerak bumi. Kagak nyambung abis. Nggak percaya? Cari aja di Al Qur’an, kitab-kitab hadits ataupun kitab-kitab fikih. Nggak ada satupun ulama yang menganjurkan peringatan V Day. Yang ada malah larangan berat. Sebut saja firman Allah Ta’ala:

“Dan jika kamu menuruti kebanyakan orang-orang di muka bumi ini, nescaya mereka akan menyesatkanmu dari jalan Allah. Mereka tidak lain hanyalah mengikuti prasangka belaka, dan mereka tidak lain hanyalah berdusta (terhadap Allah).”(Surah Al-An’am : 116)

Juga hadits Nabi saw. : “Barangsiapa yang menyerupai suatu kaum, maka ia termasuk ke dalamnya.”

Juga sabdanya yang lain:

“Barangsiapa yang beramal dengan amalan yang tidak ada urusannya dalam perkara kami (agama Islam), maka ia tertolak.”

So, kalo ada remaja muslim/muslimah yang kelatahan beli coklat, permen, asesoris bentuk hati atau ngirim gambar via sms atau MMS yang berhubungan dengan V Day, kita kasih aja tiga kata: ISTIGHFAR DEH LO!

Dilestarikan

Kalo mau dikuliti sampai batok kepalanya, kenapa banyak remaja muslim yang latah dengan tren V Day, nggak lain karena masyarakatnya udah kecebur dalam ideologi kufur. Bahkan ada di antara mereka yang rela menceburkan diri ke dalam kolam yang lebih hina dari cubluk ini. Iya dong, kalo ada remaja yang berenang-renang di cubluk ia kagak berdosa. Paling menanggung rasa malu ama baunya yang mana tahan. Tapi kalo tercebur pada kubangan kekufuran, dosa sudah pasti melekat. Walaupun mungkin sang remaja merasa keren-keren aja, atau cool atau trendi, dan masyarakat menyebutnya sebagai remaja modern yang kosmopolitan.

Salah satu budaya yang udah pasti parah, tapi sudah lama dikembangbiakkan padahal lebih bahaya daripada penyakit sapi sableng alias madcow, adalah pacaran. Seratus buat kamu en kamu udah ada di level aman tingkat satu, kalau sudah bisa bilang bahwa V Day itu kaki tangannya pacaran. Mengkiaskannya dengan pernyataan Presiden RI pertama Soekarno, V Day itu ibarat ‘riak di tengah gelombang’. Ia cuma sekedar maksiat selingan di antara maksiat yang rutin: pacaran. Ibarat goyang dangdut, V Day adalah goyang ngecor en goyang patah-patah. Mereka semua ngikutin “uswatun sai’ah” [teladan jelek] yaitu goyang ngebor. Bahkan goyang ngebor cuma “anak kandung” dari ibunya: musik dangdut, yang salah satu satu rukunnya adalah: goyang! Coba kalau musik dangdut nggak pake goyang, pasti disangka sedang membawakan lagu himne. Dari yakin kuteguh…Tarik, Mang!

Jadi, pacaran itu adalah bagian dari budaya ideologi kapitalisme yang menganjurkan kebebasan berperilaku pengikutnya. Nggak aneh kalau berpacaran selalu melekat dengan pergaulan bebas. Sayangnya, banyak remaja juga ortu mereka yang protes kalau pacaran itu diklasifikasikan ke dalam spesies pergaulan bebas. Mereka membela diri kalau pacaran itu adalah penjajagan kepribadian. Penjajagan itu ternyata banyak yang mirip tes organoleptik. Semua dijajagi, bahkan secara fisik. Karena takut kulit pacarnya mirip amplas besi, maka kulit pacarnya dielus-elus [malah kalo perlu diremas!]. Supaya yakin kalau pacarnya punya pinggang mirip punuk onta, maka setiap jalan berdua pinggangnya dipegang. Sebab kurang yakin rambut pacarnya kena sindrom syndrombetombe, maka kalau duduk berdua rambut pacarnya dielus-elus [disangka pacarnya lagi disayang, padahal sih lagiscanning/meriksa ketombe dan kutu]. Nggak percaya pacarnya masih gadis atau jejaka maka pacarnya di…[sensor!].

Sebegitu yakinnya kalo pacaran itu bermanfaat dan menyehatkan, sampai dibuat berbagai tayangan televisi macam Katakan Cinta, yang menayangkan realshow para jomblo dan buaya darat yang sedang mengincar korbannya yang polos. Di situ, aksi para jomblo begitu didramatisir. Malah pelakunya aja diembel-embeli “pejuang”. Alamak, berjuang untuk apa? Jangan-jangan pas tayang bulan puasa tahun depan disebut “mujahid”.

Ada juga tayangan untuk uji kesetiaan cinta macam Playboy Kabel. Di sini para cowok diuji keistiqamahannya; setiakah pada sang pacar ketika digoda cewek yang “macan” [manis-cantik-lemahiman]. Hehehe…ternyata lebih banyak cowok yang bertipe buaya darat ketimbang buaya air apalagi buaya putih.

Para pecandu pacaran juga kian dibuai sineas lokal yang berkreasi dengan tanpa tanggung jawab membuat film-film cinta macam AADC yang menduetkan Nicholas “Rangga” Saputra dengan Dian “Cinta” Sastrowardoyo. Atau yang paling mutakhir adalah Eifel, I’m In Love [untung nggak kepleset jadi Evil, I'm In Love] dengan duetnya Sammy …

Pokoke, pacaran sudah kepalang dinobatkan sebagai kebiasaan hidup yang rutin seperti buang air besar. Kalau udah mules, kenapa ditahan, keluarin aja. Begitulah logika cetek para aktivis pacaran. Remaja yang nggak pacaran, berarti dia sedang sembelit [kalo gitu apa yang pacaran mlulu berarti lagi mencret?], terganggu pencernaannya. Sakit perut tapi nggak bisa ‘diledakkan’ keluar, alias susah ??. Maka masuklah para remaja ke dalam budaya pacaran secara berbondong-bondong.

Lebih celaka lagi adalah tidak sedikit para ustadz yang tega memperosokkan remaja ke dalam budaya pacaran. Dengan dalih untuk ta’aruf, sebagian ustadz menghalalkan pacaran [sebelum nikah]. Walau kalau ditanya apakah dulu Rasulullah saw. dan para sahabat pernah mempraktikkan pacaran – seperti apel, nonton film, dsb – mereka gelagapan. “Yang penting kalian berdua bisa menjaga keimanan,”celoteh mereka enteng. Gimana bisa orang pacaran tapi iman terjaga, lha wong kalo udah duaan yang ketiganya adalah syetan yang terkutuk? Bisa jadi, ketika pacaran si ceweknya disimpen dalam kurungan kawat berduri terbuat dari baja yang dialiri listrik 10 ribu megawatt. Sehingga si cowok nggak bisa mendekat apalagi menyentuh.

Khatimah: Tegakkan Syari’at

Merajalelanya pacaran dan V Day adalah bukti kekalahan budaya Islam. Yup, kini Islam sedang dicabik-cabik, diinjak-injak, bahkan oleh umatnya sendiri. Padahal, kalo budaya Islam dihidupkan dijamin pergaulan remaja bakalan sehat. Mereka yang suka mengusili lawan jenisnya apalagi sampai zina, bisa diganjar hukuman jilid cep? kali. Malah hukuman itu bisa ditambah dengan pengasingan selama 1 tahun.

Solusi untuk itu ada dua: secara pribadi dan secara sistemik. Kalo secara pribadi, para remaja muslim jangan tergiur dengan aneka budaya maksiat berbalut cahaya mengkilat. Ingat; Not every glitter is gold. Nggak semua yang mengkilat adalah emas. Bisa jadi ia emas sepuhan atau malah pecahan kaca yang bisa melukai tangan dan kaki kita. Hingar bingarnya V Day dan pacaran jangan dianggap sebagai kebenaran. Udah jelas banget kok, keharamannya. Korban yang bergelimpangan juga udah kelewat banyak. Mo jadi korban berikutnya? Kagak la yaow! Jagalah kehormatan diri kita dan keluarga kita dengan akhlak mulia.

Secara sistemik pacaran hanya bisa diberantas dengan aturan Islam. Caranya? Tegakkan syari’at di tengah masyarakat, mudahkan pernikahan, dan kasih hukuman bagi pelaku zina dan yang mendekati zina. Juga larang perayaan V Day karena bukan hari raya kaum muslimin. Untuk itu perlu usaha dakwah yang keras dari para remaja agar syari’at Islam bisa tegak dalam kehidupan sekarang. Nah, gimana? Pokoknya gantung Valentine’s Day dan bubarkan pacaran. Siplah!

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

0 komentar:

Posting Komentar