SEMOGA BERMANFAAT...!!!. Diberdayakan oleh Blogger.
RSS
Container Icon

ASPEK KEJIWAAN DALAM PROSES BELAJAR MENGAJAR

Oleh : Muhammad Ulil Albab
ASPEK KEJIWAAN DALAM PROSES BELAJAR MENGAJAR

A. Pendahuluan
Islam sangat memperhatikan terahadap perkembangan jiwa manusia terutama pengawasan yang menyeluruh terhadappendidikan yang meliputi pendidikan terhadap indidvidu dan masyarakat. Juga seluruh tahap pertumbuhan manusia, yaitu: sejak dari masa kehamilan, proses kelahiran, masa tumbuh kembang,masa kanak-kanak,masa remaja, masa dewasa (dewasa awal), dan masa tua (dewasa menengah serta akhir. Islam berbicara pada akal denagan berbagai hokum untuk menerima dan mendidiknya, serta membuka esensi kemanusiaannya untuk menerima pendidikan dan pengajaran. Setelah itu menjadikan hati nurani sebagaian dari akal, karena memang pada hati nurani itu selalu ada bagian dari akal. Para nabi dan rasul diutus untuk menjadi pengajar, pendidik, penunjuk (kepada jalan yang benar), dan penyampai risalah.kitab-kitab diturunkan untuk mengeluarkan manusia dari kegelapan menuju cahaya terang, jalan yang lurus, dengan seizin Allah SWT.ilmu ditetapkan bagi manusia agar mereka mau belajar dan mengajarkan.
Rasulullah SAW pernah bersabda :
ليس منى إلا عالم أومتعلم
Artinya :
“Bukanlah termasuk kaumku orang yang tidak belajar dan mengajarkan (ilmu yang didapatnya setelah dipelajari).
Islam juga menjelaskan dengan tepat dan ketat tentang cara mendidik dan mengajar, serta menetapkan bagi mereka yang mampu untuk melaksanakannya dengan tanggung jawab penuh .

B. Permasalahan
1. Hal-hal apa sajakah yang harus diperhatikan dalam belajar?
2. Bagaimanakah yang dinamakan belajar dan mengajar menurut para ahli?
C. Pembahasan
1. Tiap anak mempunyai kecerdasan yang berbeda
Perbedaan individu satu dengan yang lain, disebabkan adanya perbedaan kepribadian dan juga karena intelegensi atau dengan lainnya. Kecerdasan merupakan masalah penting bagi dunia pendidikan. Karenanya perlu bagi pendidik mempunyai pengetahuan tentang hal ini, dan menggunakannya sebaik-baiknya.
Setiap anak mempunyai angka kecerdasan yang berbeda-beda, dan dapat diklasifikasikan dalam beberapa golongan, mulai dari yang termasuk kategori idiot (IQ 49 Kebawah), dan sampai yang termasuk kategori genius dengan IQ 140 ke atas. Anak idiot akan menjadi beban orang lain, dan biasanya tidak berumur panjang.
Anak imbecile setingkat lebih tinggi dari idiot, karena kelompok ini trainable, dan dapat menguasai keterampilan yang sederhana lewat pendidikan khusus.
Golongan Moron (IQ 50-69), mampu melayani diri sendiri dan dapat dididik serta diajari hal-hal yang sederhana.
Golongan genius kemampuan berfikir dan pengalamannya pada tingkat penalaran tinggi, karenanya mampu melaksanakan kegiatan yang kreatif dan inventif. Ternyata dari hasil penelitian, anak yang berbakat mempunyai kondisi fisik lebih baik, lebih kuat dan lebih sehat dari anak yang normal.

2. Tahap-tahap perkembangan mempunyai ciri tertentu
Pendidik dapat mengatur strategi pendidikan yang mendasarkan kepada kesiapan anak untuk menerima memahami dan menguasai bahan pendidikan sesuai dengan kemampuan anak.
Kemampuan anak berkembang mengikuti pertumbuhanya dan merupakan cirri perkembangan kejiwaannya. Sehingga dapat kita bedakan cirri-ciri pertumbuhan anak atas:
a. Ciri pertumbuhan anak TK
Gambaran umum tentang pertumbuhan kejiwaan anak TK antara lain sebagai berikut:
1. Kemampuan melayani kebutuhan fisik secara sederhana telah mulai berubah.
2. Mulai mengenal kehidupan social dan pola social yang berlaku dan yang dimanifestasikan.
3. Menyadari dirinya dengan anak lain yang mempunyai keinginan dan perasaan tertentu.
4. Masih tergantung pada orang lain, dan memerlukan perlindungan orang lain.
5. Belum dapat membedakan antara yang nyata dan khayal.

b. Ciri perkembangan kejiwaan anak SD
Apabila pertumbuhan masa TK sudah dijalani secara wajar, maka akan segera diperlihatkan oleh anak-anak gambaran cirri-ciri pertumbuhan kejiwaan anak SD yang antara lain:
1. Pertumbuhan fisik dan motorik maju pesat.
2. Kehidupan sosialnya diperkaya dengan kemampuan bekerjasama dan bersaing dalam kehidupan kelompok.
3. Kemampuan berfikir masih dalam tingkat perseptional.
4. Mempunyai kemampuan memahami sebab akibat.
5. Dalam kegiatan-kegiatanya belum membedakan jenis kelamin dan dasar yang digunakan adanya kemampuan dan pengalaman yang sama.

c. Ciri pertumbuhan kejiwaan anak SMTP
Pada akhir SD, sudah mulai nampak cirri-ciri pertumbuhan kejiwaan anak SMTP, yang makin lama semakin jelas. Adapun cirri-ciri pertumbuhan kejiwaan anak sekolah menengah itu antara lain:
1. Mulai mampu memahami hal-hal yang abstrak
2. Mampu berkomunikasi pikir dengan orang lain
3. Tumbuh minat memahami diri sendiri dan diri orang lain
4. Tumbuh pengertian tentang konsepsi norma dan moral
5. Mampu membuat keputusan diri

d. Ciri-ciri perkembangan kejiwaan orang dewasa
Pada masa ini anak akan memperlihatkan cirri-ciri perkembangan sebagai berikut:
1. Memiliki kemantapan emosi
2. Kemampuan menyesuaikan diri semakin mantab
3. Sanggup memenuhi hak dan kewajiban kelompok sepenuhnya.
4. Kreatifitas mulai menurun, sesuai dengan menurunnya fisik
5. Telah mencapai internalitas perbuatan moral

3. Diwajibkan orang tua untuk mendidik anak-anaknya
كل مولود يولد على الفطرة حتى يعرب عنه لسانه فأبواه يهودانه أوينصرانه أويمجسانه (ع طب هق) عن الاسود ابن سريع (صح)
Keterangan hadits:
(ع) لابن يعلى في
(طب) للطبرانى فى الكبير
(هق) له فى السنن
(صح) صحيح
Artinya:
“Setiap anak terlahir dalam keadaan suci,. Sehingga tergantung kedua orang tuanyalah yang akan menjadikan Yahudi, Nasroni, atau Majusi”.

Hadits di atas menjelaskan bahwa, anak dilahirkan dalam keadaan suci. Ia membuka kedua matanya pada kehidupan dunia untuk melihat ibu dan anaknya yang menjaga dalam segala urusannya. Ia melihat benda-benda dengan penglihatan orang tuanya dan memperhatikan bentuk-bentuk melalui mata mereka. Ia beranggapan, bahwa ibu dan ayahnya adalah segalanya di dunia ini. Ia mengharapkan cinta dan kasih sayang dari keduanya. Ia berpaling pada mereka untuk mendapat perlindungan dan perawatan, serta berlari kepada mereka untuk mengadukan masalah kecil maupun besar yang dialaminya. Ia mencurahkan pertanyaan yang tak ada habisnya kepada mereka berdua, hingga banyak orang tua yang kewalahan menjawab pertanyaan-pertanyaan yang diajukan oleh anak-anaknya. Sedangkan si anak (hanya) akan puas dengan jawaban (yang didapat dari) orang tuanya. Ia mempercayai keduanya, dengan keyakinan penuh, tanpa ragu dan tanpa membantah. Setiap jawaban yang didengarnya dari orang tuanya, tak peduli itu jawaban yang konyol atau mendidik, jawaban benar atau bohong.
Pikiran anak, pada masa balita, seperti tanah yang memungkinkan bagi orang tuanya untuk dibentuk sekehendak mereka. Jiwanya seperti kertas putih yang memungkinkan ayah dan ibunya untuk menulis apapun dikertas itu, menurut keinginannya. Anak pada masa ini, ditandai dengan sifat senang meniru dan mencontoh aktifitas dan perilaku kedua orang tuanya. Karena itu kedua orang tua memikul tanggung jawab yang terbesar terhadap perilaku anak-anak mereka di masa kecil.Mereka juga memegang tanggung jawab utama untuk mendidik, mempersiapkan, membudayakan dan mengarahkan anak-anak mereka kepada jalan yang dicintai serta diridhoi Allah SWT.

4. Proses belajar mengajar
Para ahli pendidikan berbeda pendapat dalam merumuskan definisi belajar-mengajar yang disebabakan oleh adanya perbedaan dalam: Mengidentifikasi data: menafsirkan fakta: penggunaan terminology dan konotasi istilah: penekanan terhadap aspek-aspek tertentu.
Di samping factor-faktor tersebut, mengajar adalah suatu proses yang kompleks yang tidak hanya sekedar menyampaikan informasi oleh guru terhadap siswa tetapi banyak hal dan kegiatan yang harusdipertimbangkan dan dilakukan.Oleh karena itu, rumusan pengertian mengajar tidak sederhana yang dibayangkan. S. Nasution merumuskan pengertian mengajar sebagai berikut:
1. Mengajar ialah menanamkan pengetahuan kepada murid
2. Mengajar ialah menyampaikan kebudayaan kepada anak, dan
3. Mengajar ialah aktifitas mengorganisasi atau mengatur lingkungan dengan sebaik-baiknya dan menghubungkan dengan anak sehingga terjadi proses belajar mengajar.
Definisi mengajar yang dikemukakan di atas mengandung pemahaman sebagai berikut:
Definisi pertama, mengajar bertujuan agar ana dapat meguasai pengetahuan yang diberikan oleh gur, di mana anak hanya bersifat pasif sedangkan guru bersifat akti. Pengajaran demikian disebut ”teacher centered”.
Definisi kedua, sama halya dengan definisi pertama, dimaksudkan agar anak dapat mengenal kebudayaan bangsa dan dunia, bahkan anak tidak hanya sekedar mengenal kebudayaan tetapi turut menciptakan kebudayaan yang baru sesuai dengan tuntutan zama yang selalu berubah.
Definisi ketiga, berbeda dengan yang pertama dan kedua, yakni suatu usaha guru untuk mengatur dan mengorganisir lingkungan sehingga dapat tercipta sesuatu situasi dan kondisi yang baik bagi siswa dalam belajar. Dengan demikian anak dapat belajar secara aktif dan guru berperan sebagai pembimbing dan pengorganisir terhadap kondsi belajar anak. Belajar ini dinamakan dengan “pupil cenceted” dan peran guru disebut sebagai “manager of learning” Hasibun dan Mudjiono memberikan definisi mengajar adalah penciptaan system lingkungan yang memungkinkan terjadinya proses belajar.
Terjadinya proses tingkah laku disebabkan oleh adanya interaksi antar subyek didik (anak) dengan lingkungannyaOleh karena itu perubahan tingkah laku seorang dapat terjadi karena dua hal, yakni:
1. Fakta intern, yaitu faktor dimensi dalam menerima perubahan.
2. Faktor ekstern, yaitu lingkungan yang dapat merangsang, menunjang, dan memperlancar proses belajar.
Jadi dapat disimpulkan bahwa mengajar adalah suatu usaha bagaimana mengatur lingkungan dan adanya interaksi subyek didik (anak) dengan lingkungannya sehingga dapat tercipta kondisi belajar yang baik.
Bila mana pengertian belajar ditujukan untuk penguasaan bahan pelajaran semata, akan memberi makna yang terlalu sempit dan bersifat intelektualistis. Para ahli berpendapat bahwa belajar buka sekedar penguasaan bahan akan tetapi terjadinya perubahan tingkah laku anak sehingga terbentuk suatu kepribadian yang baik.
Timbul perbedaan definisi belajar demikian disebabkan adanya perbedaan sudut pandang dan disiplin ilmu para pakar pendidikan. Hal ini dapat dikemukakan benerapa definisi belajar sbagai berikut:
1. Menurut teori Ilmu Jiwa Daya, belajar adalah usaha melatih daya-daya agar berkembang sehingga dapat berfikir, mengingat dan sebagainya. Menurut teori ini jiwa manusia terdiri dari berbagai daya seperti: daya berfikir, mengingat, perasaan, mengenal, kemauan dan sebagainya. Daya-daya tersebut berkembang dan berfungsi bila dilatih dengan bahan-bahan dan cara-cara tertentu.
2. Menurut teori Ilmu Jiwa Asosiasi, belajar berarti membentuk hubungan-hubungan, stimulus respond a melatih hubungan-hubungan tersebut agar bertalian dengan erat. Pandangan teori ini dilatarbelakangi leh pendapa baha jiwa manusia terdiri dari asosiasi berbagai anggapan yang masuk ke dalam jiwa. Asosiasi tersebut dapat terbentuk karena adanya hubungan antara stimulus dan respon.
3. Menurut teori Ilmu Jiwa Gestalt, belajar ialah mengalami, berbuat, bereaksi dan berfikir secara kritis. Pandanga ini dilatarbelakangi oleh tanggapan bahwa jiwa manusia bukan terdiri dari elemen-elemen, tetapi merupakan suatu system yang bulat dan bersruktur. Jiwa manusia hidup dan di dalamnya terdapat prinsip aktif di mana individu selalu cemerlang untuk beraktifitas dan berinteraksi dengan lingkungannya.
Dari beberapa pendapat di atas, nampakya terdapat beberapa perbedaan istilah tentang belajar, namun pada hakikatnya ada kesamaan pandangan tentang bagaimana usaha mengaktifkan berfikir, bereaksi, dan berbuat terhadap suatu obyek yang dipelajari sehingga timbul suatu pengalaman baru dalam diri seseorang.

5. Memulai pendidikan dan pengarahan anak dari kecil.

أدبوا أولادكم على ثلاث حصال حب نبيكم وحب أهل بيته وقراءةالقران فان حمله القران فى ظل الله يوم لاظل إلا ظله مع انبيائه وأصفيائه, أبو نصر عبد الكريم الشيرازى فى فوائده (فر) وابن النجار عن على (ض)
(فر) للديلمى فى مسند الفردوس keterangan Hadits
(ض) الضعيف
Artinya:
“Ajarkan anak-anak kalian tiga hal: mencintai Nabi kalian, mencintai keluarga Nabi dan membaca Al-qur’an. Karena pemelihara Al-qur’an berada di bawah naungan Allah dihari kiamat, ketika hanya ada naungan-Nya saja, bersama-sama dengan para Nabi-Nya dan orang-orang yang disucikan.
Hadits di atas dapat kami jelaskan bahwa, diantara kurikulum islam dalam pendidikan adalah mengajari anak-anak menghafal Al-qur’an dari kecil. Al-qur’an membangun perilaku dan akhlak, juga memelihara lisan, mengokohkan akidah serta menjamin masa depan pemuda.
Keberhasilan dalam mengajar anak menghafal Al-qur’an yang pertama berasal dari peran serta orag tua yang mengarahkan anak-anaknya. Yang kedua, yaitu dengan memilih pendidik yang tepat bagi mereka seperti yang disampaikan oleh orang-orang yang terdahulu yang sholeh, juga pada kholifah pendahulu. Mereka semua menyeleksi pengajar, pendidik dan guru dari kalangan orang-orang yang terhormat yang dipercayai agama, akhlaq serta perilakunya. Mereka mempercayakan pedidikan anak-anak mereka kepada para pengajar dan menggambarkan bagi mereka rencana yang ekseklusif.
Di samping itu, metode pendidikan yang dilakukan oleh orang tua atau guru (yang dipercaya) dapat menggunakan cara memberi hadiah dan hukuman untuk melatih anak menghafalkan Al-qur’an. Atau stimulasi dengan syarat hadiah, dan juga pujian yang diberikan untuk mempengaruhi anak serta mengikuti kecenderungan jiwanya dan membebaskan pribadinya. Dan usaha untuk menyebarkan kebajikan di jalan tersebut khususnya dalam dua masa pertumbuhan, yakni kanak-kanak dan pemuda. Sedangkan hokum, ancaman, peringatan, seharusnya disembunyikan dan dirahasiakan. Atau diberikan dengan penjelasan yang cukup dan juga penjelasan itu dikuatkan dengan nasihat dan bimbingan, menjahui trend yang merusak serta tersebarnya kemungkaran dan kesesatan.

6. Tugas sekolah dalam pendidikan
Sekolah adalah pihak ketiga yang terkait dalam urusan pendidikan. Dan tidak kurang penting dari rumah maupun masyarakat. Bahkan perbedaan waktu, tempat serta factor-faktor peradaban yang lain, peran sekolah dapat melampaui peran rumah maupun masyarakat. Sekolah harus dimulai dengan melaksanakan pengarahan secara umum yang menerima bimbingan masyarakat dan kebudayaannya. Demikian pula dengan pendidikan rumah tangga, keluarga, dan kedua orang tua. Agar sekolah melaksanakan tugas mendidiknya yakni merealisasikan tujuan yang ingin dicapai. Dan berperan serta dalam memikul tanggung jawab umum dalam mempersiapkan manusia yang sholeh dan membangun generasi yang lebih maju, Juga membangun individu yang memiliki keyakinan mantab dan perilakunya yang sehat.
Dan sekolah melaksanakan kewajiban sucinya melalui kurikulum pendidikan serta buku-buku pendidikan yang digunakan juga oleh para guru.
1. Kurikulum yang digunakan harus serius dan membangun, benar serta bertujuan untuk menyuntikkan ke dalam akal para pemuda hal-hal yang bermanfaat dalam agama dan dunia mereka.
2. Buku-buku panduan yang digunakan harus benar dan ilmiah, konstruktif serta mendidik. Buku berpengaruh terhadap perilaku, dan memotifasi pelajar untuk membacanya, mempelajari serta mengkajinya.
3. Guru atau pengajar adalah batu pijakan dalam pendidikan pengajaran dan dakwah.
Guru adalah sumber penyinaran pertama, kira-kira untuk menolong para pelajar dan pemuda juga generasi muda dengan seluruh hal negative yang melekat pada mereka (kaum muda). Untuk mengeluarkan mereka dari kegelapan menuju cahaya terang dan sekaligus menjaga mereka dari kerusakan serta kesasatan. Kemudian mengembalikan mereka kepada syari’at yang diciptakan oleh Allah SWT. Sebagai realisasi dari firman_Nya:
    ••          
Artinya:
Kitab yang kami turunkan kepadamu supaya kamu mengeluarkan manusia dari gelap gulita kepada cahaya terang benderang dengan izin Tuhan mereka, (yaitu) menuju jalan Tuhan yang Maha Perkasa lagi Maha Terpuji.

7. Cara menggerakkan motivasi belajar siswa
Guru dapat menggunakan berbagai cara untuk menggerakkan atau membangkitkan motivasi belajar siswanya ialah sebagai berikut.
1. Memberi angka 7. Penilaian
2. Ujian 8 Karya wisata
3. Hadiah 9. Film pendidikan
4. Kerja kelompok 10. Belajar melalui radio
5. Persaingan
6. Tujuan dan level of aspiration
8. Mengajar atau mendidik anak lebih baik daripada shodaqoh ini sesuai dengan hadits Nabi SAW.
لأن يؤدب الرجل ولده خير له من أن يتصدق بصاع (ت) عن جابر بن شمورة (ض)
(ت) للترمذى Keterangan hadits
(ض) ضعيف
Artinya:
“ barang siapa melatih anakmu adalah lebih baik daripada bersedekah setiap hari satu Sha’”
D. Simpulan
1. Tiap-tiap anak memiliki kecerdasan yang berbeda-beda maka dari itu kecerdasan merupakan masalah yang penting sekali bagi dunia pendidikan
2. Kemampuan anak berkembang mengikuti pertumbuhan dan merupakan cirri perkembangan bagan kejiwaannya mulai dari TK, SD, SMTP, dan Dewasa
3. Setiap anak dilahirkan dalam keadaan suci seperti halnya kertas putih yang memungkinkan ayah dan ibunya untuk menulis apapun dikertas itu.
4. diantara teori-teori tentang belajar ialah usaha untuk melatih daya-daya agar berkembang sehingga dapat berfikir, mengingat dan sebagainya.
5. Arti belajar diantaranya adalah aktivitas mengorganisasi atau mengatur lingkungan sebaik-baiknya dan menghubungkan dengan anak sehingga terjadi proses belajar mengajar yang sesungguhnya.

E. Referensi
• Al Jami’ Asshogir, Darul Ihya’. Indonesia
• Ahmadi, Abu, Nur Uhbiyati,Ilmu Pendidikan,Jakarta,Rineka cipta,1991
• Zuhaili,Muhammad,pentingnya pendidikan Islam sejak dini,Jakarta,A.H Ba’adillah press,2002
• Usman,M,Basyiruddin,metodologi pembelajaran Agama Islam,Jakarta,Ciputat pree,2002
• Oemar hamalik,Proses belajar mengajar,Jakarta.Bumi Aksara,2004

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

0 komentar:

Posting Komentar