SEMOGA BERMANFAAT...!!!. Diberdayakan oleh Blogger.
RSS
Container Icon


 oleh : Muhammad Ulil Albab
MENJADI GURU SEJARAH YANG MENYENANGKAN

Belajar sejarah merupakan sebuah dilema ketika sebagai seorang pendidik mengajarkan sejarah hanya dalam sebuah konteks masa lampau saja. Dia tidak berpijak bagaimana mengajarkan sejarah membuat orang itu senang dan menarik. Dikarenakan sebagai seorang guru sejarah kurang referensi dan metode keilmuaan yang dia miliki. Pada akhirnya mengajarkan searah hanya sebuah manuscrip untuk menghapal tanggal,tokoh,tahun sebuah peristiwa sejarah itu terjadi.
Dalam area pendidikan terutama dalam lingkup mengajar tentunya sisw lebih banyak di suguhkan berbagai macam sistem pembelajaran yang mengenakan tapi itu hanya sedikit yang bisa terpancing dalam hati para peserta didik. Di samping itu juga kondisi sarana dan prasarana sekolah pun sangat harus sangat mendukung. Karena seorang pendidik bisa di cintai oleh peserta didik itu bisa lewat menjelaskan ketika praktek ketimbang ketika ceramah saja. Mungkin diantara kita timbul pertanyaan, kenapa kita harus menjadi pendidik yang menyenangkan ?
Dan Seorang pengajar harus credible yaitu mampu bersikap dan berperilaku professional. Dia harus creative, mampu membangun suasana chemistrical secara kreatif agar kelas tidak membosankan. Dia juga harus mampu menunjukkan simpati dan antusiasmenya kepada para siswa didiknya. Bayangkan jika kita mengamati ”mendidik itu seharusnya merupakan sebuah interaksi antarmanusia yang penuh kasih sayang, kreatif, dan humoris, bukan melulu transaksi bisnis”. Apa yang akan terjadi di sekolah-sekolah jika setiap anak didik ketika bertemu dengan para gurunya di kelas-kelas senantiasa mendapatkan limpahan kasih sayang? Sang guru menunjukkan pelbagai manfaat atas setiap ilmu (mata pelajaran) yang dipelajari di sekolah.
Kemudian, setelah sang guru menunjukkan pelbagai manfaat setiap ilmu terkait dengan kehidupan sehari-hari anak didik. Secara kreatif pula, sang guru senantiasa menawarkan cara-cara mempelajari ilmu tersebut secara menyenangkan. Hal-hal sulit yang ada pada setiap ilmu dijelaskannya secara perlahan sehingga semua anak didik bisa mengikutinya.
Cara mengajarnya pun senantiasa tidak membosankan. Sang guru memiliki cara-cara mengajar yang kaya. Dia tidak hanya bermodalkan omongan, tetapi juga menyiapkan presentasi yang menggunakan gambar dan gerak. Pokoknya, setiap kali sang guru mengajar, anak didik senantiasa mendapat hal-hal baru. Bukan saja ilmu yang senantiasa baru dan segar, melainkan juga suasana yang hidup dan penuh dengan kehangatan. Meski kadang-kadang sang guru mengeluarkan kata-kata bernada humor, tetapi humor yang dikeluarkannya bukan humor yang dangkal.
Humor itu hanya digunakan untuk mengusir ketegangan. Humor itu dilepaskan sebagai sebuah selingan yang mencairkan suasana yang beku, yang terlalu serius. Keseriusan atau kesungguhan dalam belajar itu sangat penting karena kesungguhan dapat membantu seseorang untuk fokus atau berkonsentrasi. Namun, keseriusan yang kaku dan terlalu serius menjadi tidak baik. Keseriusan yang kaku dan terlalu serius akan membuat suasana jadi kering. Dan ”kekeringan” itu perlu dibasahi dengan sedikit humor.
Dan di samping itu juga Sisi entertainer seorang guru mestinya terus digali dengan baik, agar dalam proses belajar mengajar di dalam kelas lebih hidup dan tidak membosankan. Tidak ada salahnya seorang guru menggunakan penampilan yang menarik dan sejuk di pandang mata, cerita-cerita humor untuk selingan ataupun joke-joke segar yang membuat siswa-siswa tidak bosan di kelas. Namun tetap dalam koridor yang baik dan sesuai dengan norma serta nilai yang ada.
Masuk kedalam jiwa zaman para siswanya juga dapat dilakukan oleh para guru, hal ini dilakukan agar seorang guru dapat menilai seberapa jauh siswa-siswanya dapat menangkap pelajaran yang diajarkan. Tidak layak rasanya seorang guru yang telah lebih dulu memperoleh pengetahuan dan berbeda usia jauh dengan siswanya, memaksakan ketercapaian suatu meteri pelajaran oleh para siswanya sama persis dengan apa yang dia pikirkan dan kemampuan dirinya. Dengan masuk kedalam jiwa zaman para siswa tersebutlah, seorang guru dapat mengerti dan memahami siswa-siswanya yang memiliki kemampuan yang berbeda satu sama lain.
Sisi entertainer seorang gurulah yang dapat membawa mereka menjadi sosok guru favorit di mata siswa-siswinya. Kriteria favorit lebih dekat kepada senang atau tidaknya para siswa-siswi terhadap tindak-tanduk seorang guru didalam kelas maupun di lingkungan sekolahnya tersebut. Namun tidak juga mengenyampingkan sisi-sisi positif lainya seperti : kedisiplinan dalam mengajar, sikap positif yang dicontohkan, penguasaan materi, kedekatan dengan peserta didik, dan keinginan yang kuat untuk membantu siswa-siswinya dalam masalah akademik serta masalah-masalah lainnya.
Dalam bahasa Dave Meier, guru yang meniru ”Patch Adams” adalah guru yang meyenangkan. ”Menyenangkan atau membuat suasana belajar dalam keadaan gembira bukan berarti menciptakan suasana ribut dan hura-hura. Ini tidak ada hubungannya dengan kesenangan yang sembrono dan kemeriahan yang dangkal,” kata Meier. ”Kegembiraan di sini berarti bangkitnya minat, adanya keterlibatan penuh, terciptanya makna, pemahaman atas materi, dan terbangunnya kebahagiaan.”
Bayangkan jika belajar di sekolah atau di mana saja menjadi tidak menyenangkan. Membaca buku mejadi sebuah beban. Memahami rumus matematika menjadi ancaman serius untuk tidak lulus. Dan memahami sejarah sama sekali tidak ada maknanya (atau tidak terkait dengan zaman sekarang). Apa jadinya? Apakah mungkin anak-anak kita mampu menjalankan sabda-sabda suci Nabi Saw.  seperti ”belajarlah dari buaian hingga liang lahad” atau ”belajar itu wajib bagi setiap Muslim baik laki-laki maupun perempuan”.
Maka dari itu seorang pendidik harus bersikap ING NGARSA SUNG TULADA” yang berarti di depan menjadi tauladan adalah cita-cita ideal yang mesti dimiliki oleh seorang guru. Cita-cita ideal ini berarti sesuatu yang tidak mungkin serta merta harus terjadi bahkan waktu pencapaiannya pun tidak dapat diprediksi, namun harus selalu diupayakan pencapaiannya sebagaimana cita-cita bangsa kita, yaitu masyarakat adil dan makmur. Inilah perilaku guru yang harus terus diupayakan pada lingkungannya, baik lingkungan sekolah, keluarga, dan masyarakat. Dapat dikatakan bahwa Ing ngarsa sung tulada ini merupakan kompetensi pribadi seorang guru secara ideal.
“ING MADYA MANGUN KARSA” yang berarti di tengah membangun karsa (kehendak/motivasi). Inilah filosofi guru ketika berada di depan kelas membina siswanya. Jadi tugas guru di depan kelas adalah membangun karsa siswanya untuk mau mengembangkan potensi yang dimilikinya. Guru bukan menyuapi siswa dengan pengetahuan tanpa proses membangun karsa. Dengan kata lain guru bukan mengajarkan materi tetapi mengajarkan bagaimana mempelajari suatu materi dengan sikap penuh kasih sayang. Dapat dikatakan bahwa Ing Madya Mangun Karsa ini merupakan kompetensi profesi seorang guru.
“TUT WURI HANDAYANI” yang berarti di belakang memberi dorongan atau memberi semangat. Inilah filosofi guru ketika merada di luar kelas dan hidup ditengah masyarakat. Selalu memberikan rasa optimisme dan pentingnya sebuah perjuangan mencapai cita-cita, yaitu berguna bagi agama, bangsa, dan negara. Dapat dikatakan bahwa Tut Wuri Handayani ini merupakan kompetensi kemasyarakatan dari seorang guru.
Dan ada beberapa catatan lagi bagaimana seseorang ingin mejadi seorang guru yang menyenangkan ketika mengajarkan sejarah kepada anak didiknya. Pertama, seorang guru harus memiliki literatur dan bahan ajar yang cukup untuk diberikan kepada seorang anak. Kalau perlu ajak anak tersebut untuk bisa membaca dan memahami pokok persoalan kajian sejarah yang dia pelajari.Sehingga dengan demikian terjadi saling komunikasi dua arah antara murid dengan pendidik. Kedua, seorang guru hendaknya mengajak siswanya untuk dapat mengunjungi obyek sejarah yang ada. Ketiga, ajaklah para siswa untuk mengkaji persoalan-persoalan peristiwa sejarah secara kontinyu dan komprehensif dan biarkan siswa atau anak didik dapat menganalisa dan memahami sendiri.
Mungkin ketiga catatan tersebut dapat memberikan bagaimana belajar sejarah dapat menyenangkan dan bukan Jadul atau asal bunyi saja. Yang harus dipahami adalah bahwa persoalan belajar sejarah memiliki dua dimensi. Pertama,dimensi untuk bagaimaa dengan belajar sejarah kita bisa tau dan mengerti tentang apa yang sudah terjadi peristiwa masa lampau. Sehingga meneguhkan hati kita untuk dapat mengembangkan dan meneguhkan hati kita untuk dapat melangkah ke depan yang lebih baik. Bukan lagi belajar sejarah hanya untuk gaya dan sekedar tau. Tapi memang betul-betul dijadikan acuan untuk bertindak dan berkarya nyata. Kedua,meneguhkan akar semangat nasionalisme yang sudah mulai menghilang dan orang sudah acuh tak acuh dengan apa yang sudah terjadi.


REFRENSI
Hernowo, “Buku Pengayaan untuk Guru : Menjadi Guru Yang Mau dan Mampu Mengajar Secara Menyenangkan”, Mizan Learning, 2009
jamal ma’ruf asmani , “Tips menjadi guru inspiratif, kreatif, dan inovatif”, diva press, 2009
http://www.wordpess.com



NAMA            : MUHAMMAD ULIL ALBAB
NIM                :107 060
JURUSAN       : TARBIYAH / PAI
MATKUL        : PENDIDIKAN SKI
KELOMPOK  : B3

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

0 komentar:

Posting Komentar