PENDIDIK DAN PESERTA DIDIK DALAM PERSPEKTIF
FILSAFAT PENDIDIKAN ISLAM
A.
Hubungan Pendidikan dengan Filsafat
Berbicara
tentang sejarah timbulnya filsafat sangat terkait dan bersamaan dengan
pembicaraan manusia, karena sesungguhnya usia filsafat sama tuanya dengan usia
manusia.[1] Karena pada dasanya manusia
merupakan jenis makhluk yang berfilsafat sesuai dengan potensi rasio (akal)
yang dimilikinya. Selain itu, manusia harus memiliki pendidikan karena
pendidikan merupakan sebuah proes pembelajaran bagi seseorang dan dari sanalah
terdapat perbedaan antara manusia dengan makhluk-makhluk lainnya. Oleh karena
itu manusia harus mempunyai potensi mendidik dan di didik.
Dengan
akal manusia dapat berpikir dan memikirkan diri dan lingkungannya, dan ketika
itulah proses berfilsafat bermula. Proses itu akan berhenti manakala manusia
telah memiliki pengetahuan tentang apa yang dia pikirkan dengan lahirnya ilmu.
Hal ini sesuai dengan fungsi filsafat sebagai alat analisis yang digunakan
manusia dalam mengamati gejala dan kenyataan.
Beberapa
ahli Beerling dan Plato mengatakan bahwa filsafat timbul karena ketakjuban
menyaksikan keindahan dan kerahasian alam semesta dan kemudian menimbulkan
pertanyaan dan keingintahuan. Pertanyaan itu pun membutuhkan jawaban dan bila
pemikir menemukan jawaban, jawaban itu dipertanyakan lagi karena ia selalu
sangsi pada kebenaran yang diungkapkan.[2]
Sedangkan
secara harfiyah, filsafat berarti “Cinta kepada ilmu”. Filsafat berasal dari
kata “Philo” yang berarti “cinta” dan “Sophos” berarti “ilmu/hikmah”.
Secara historis, filsafat berarti menjadi induk segala ilmu pengetahuan yang berkembang
sejak zaman Yunani Kuno sampai zaman modern sekarang.[3]
Istilah
pendidikan berasal dari bahasa Yunani “paedagogic” yang akar katanya “pais”
yang berarti anak dan “again” yang artinya membimbing. Jadi,
“paedagogic” berarti membimbing yang diberikan kepada anak. Dalam bahasa
Inggris pendidikan diterjemahkan menjadi “Education”. Education berasal
dari bahasa Yunani “educare” yang berarti membawa keluar yang tersimpan
dalam jiwa anak, untuk dituntun agar tumbuh dan berkembang.
Soeganda
Poerbakawatja dalam “Ensiklopedi Pendidikan” menguraikan pengertian pendidikan
dalam artinya yang luas, bahwa semua perbuatan dan usaha dari generasi tua
untuk mengalihkan pengetahuannya, pengalamannya, kecakapannya serta
keterampilannya (orang menamakan hal ini dengan “mengalihkan”
kebudayaan) kepada generasi muda, sebagai usaha menyiapkannya agar dapat
memenuhi fungsi hidupnya baik jasmani maupun rohani. Dapat juga dikatakan bahwa
pendidikan itu adalah usaha secara sengaja dari orang dewasa untuk dengan
pengaruhnya meningkatkan si anak ke kedewasaan yang selalu diartikan maupun
memikul tanggung jawab moril dari segala perbuatannya.[4]
Sedangkan,
filsafat pendidikan memiliki banyak pengertian dari beberapa ahli, antara lain:
- John Dewey memandang pendidikan sebagai suatu proses pembentukan kemampuan dasar yang fundamental, baik menyangkut daya piker maupun daya perasaan, menuju ke arah tabiat manusia dan manusia biasa, maka filsafat juga diartikan sebagai teori umum pendidikan. John Dewey memandang bahwa filsafat memiliki hubungan dengan pendidikan, karena filsafat memiliki tugas yang sama dengan pendidikan yaitu sama-sama memajukan kehidupan manusia. Kalau ahli filsafat lebih memperhatikan tugas yang berkaitan dengan startegi pembentukan manusia, sedangkan ahli pendidikan bertugas untuk lebih memperhatikan taktik (cara) agar strategi itu menjadi terwujud dalam kehidupan sehari-hari melalui proses kependidikan.
- Thomson, mengartikan filsafat melihat seluruh masalah tanpa ada batas atau implikasinya. Filsafat dipandang sebagai suatu bentuk pemikiran yang konsekuen tanpa kenal kompromi tentang hal-hal yang harus diungkapkansecara menyeluruh dan bulat.
Para
ahli juga ada mengemukakan beberapa pendapat tentang pengertian pendidikan
Islam adalah antara lain sebagai berikut:
- Menurut Prof. Dr. Omar Muhammad Al-Toumy al-Syaebani, mengartikan bahwa usaha mengubah tingkah laku individu dalam kehidupan pribadinya atau kehidupan kemasyarakatannya dan kehidupan dalam alam sekitarnya melalui proses pendidikan.
- Hasil Rumusan Seminar Pendidikan Islam se-Indonesia tahun 1960, memberikan pengertian pendidikan islam sebagai bimbingan terhadap pertumbuhan rohani dan jasmanimenurut ajaran islam dengan hikmah mengarahkan, mengajarkan, melatih, mengasuh dan mengawasi berlakunya semua ajaran islam.
Jadi,
dari beberapa pernyataan diatas dapat kita simpulkan bahwa filsafat sangat erat
hubungannya dengan pendidikan. Karena filsafat itu ada berdasarkan pemikiran
manusia yang selalu merasa takjub melihat sesuatu serta memiliki rasa ingin tau
yang tinggi dan tidak pernah puas. Selain itu, manusia juga membutuhkan
pendidikan karena manusia pada saat lahir membawa potensi tetapi potensi
tersebut belum terpola. Pendidikan merupakan alat pembeda antara manusia dengan
makhluk-makhluk lainnya.
Sedangkan,
pendidikan merupakan suatu kegiatan yang universal dalam kehidupan manusia,
karena dimanapun dan kapanpun di dunia terdapat pendidikan. Pendidikan pada hakikatnya
merupakan usaha manusia untuk memanusiakan manusia itu sendiri, yaitu untuk
membudidayakan manusia. Hakikat pendidikan ini tidak akan terlepas dari hakikat
manusia, sebab urusan utama pendidikan adalah manusia.
Dari
penjelasan diatas, kita bisa mengetahui bagaimana hubungan atau kaitan filsafat
dengan dunia pendidikan. Filsafat dan pendidikan ini memiliki kaitan dan
hubungan yang sangat erat sekali, mereka memiliki objek yang sama yaitu
manusia.
- B. Kompetensi Guru
Secara
Etimologi, istilah kompetensi berasal dari bahasa Inggris yaitu competence.
Kata competence diartikan dengan kecakapan, kemampuan, dan wewenang.
Sedangkan menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia kata kompetensi berarti sebagai
wewenang atau kekuasaan untuk menentukan dan memutuskan sesuatu.
Selain
itu, secara Etimologi kompetensi juga berarti kemampuan atau kecakapan yang
dimiliki oleh seorang guru sehingga mempunyai wewenang untuk melakukan sesuatu
sesuai dengan kemampuan yang dimilikinya.[5]
Secara
Terminologi, istilah kompetensi diartikan berbeda-beda oleh para ahli:
- Zakiah Daradjat mengartikan kompetensi sebagai kewenangan atau kecakapan untuk menentukan atau memutuskan sesuatu.
- Robert Houston mengartikan kompetensi dengan kemampuan yang memadai untuk melaksanakan tugas yang disertai denagn kemampuan, keterampilan dan kecakapan yang dituntut untuk itu.
- Nana Sudjana mengartikan kompetensi merupakan kemampuan dasar yang disyaratkan untuk memangku suatu profesi.
Jadi,
berdasakan dari pendapat para ahli dan definisi diatas dapat disimpulkan bahwa
kompetensi merupakan suatu kemampuan yang dimilikioleh seseorang baik berupa
ilmu pengetahuan, keterampilan maupun kecakapan yang merupakan syarat untuk
dapat melakukan suatu profesi atau pekerjaan.
Guru
sebagai pendidik merupakan pekerjaan atau profesi yang memerlukan keahlian
khusus untuk melakukannya. Pada dasarnya tugas guru sebagai pendidik meliputi
mendidik yang berarti meneruskan dan mengembangkan nilai-nilai hidup, mengajar
berarti meneruskan dan mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi, sedangkan
melatih berarti mengembangkan keterampilan-keterampilan pada siswa.
Dalam
Undang-Undang RI No. 14 tahun 2005 tentang guru dan dosen terdapat 4 kompetensi
yang harus dimiliki seorang guru, yaitu sebagai berikut:[6]
- Kompetensi Personal (Kepribadian)
Kompetensi
kepribadian adalah kemampuan kepribadian yang mantap, stabil, dewasa dan
berwibawa, menjadi teladan bagi mahasiswa dan berakhlak mulia. Bagi seorang
guru kompetensikepribadian ini tidak bisa dinafikkan keberadaannya karena
kepribadian dapat menentukan apakan guru menjadi pendidik atau Pembina yang
baik atau malah menjadi perusak peserta didiknya dan menghancurkan masa depan
peserta didiknya yang merupakan generasi penerus hari depan, baik yang masih di
sekolah dasar maupun yang sedang mengalami kegoncangan jiwa (remaja).
Menurut
Imam Al-Gazali yang dikutip oleh M. Athiyah al-Abrasyi, bahwa guru sebagai
pendidik agar memiliki sifat-sifat sebagai berikut:
- Seorang guru harus menaruh rasa kasih sayang terhadap siswanya dan memperlakukan mereka seperti perlakuan mereka terhadap anaknya sendiri.
- Tidak mengharapkan balas jasa ataupun ucapan terima kasih, tetapi mencari keridhaan Allah.
- Mencegah siswa dari berakhlak yang tidak baik dengan cara yang lemah lembut.
- Memperhatikan tingkat pemikiran mereka dan berbicara sesuai dengan kemampuan mereka.
- Jangan timbulkan rasa benci pada diri siswa terhadap satu cabang ilmu, tetapi bukakan jalan bagi mereka untuk cabang ilmu tersebut.
- Seorang guru harus mengamalkan ilmunya dan jangan berlainan kata dengan perbuatan.
- Kompetensi Pedagogik
Kompetensi
pedagogik adalah kemampuan mengelola pembelajaran peserta didik atau siswa yang
meliputi pemahaman terhadap siswa, perancangan dan pelaksanaan pembelajaran,
evaluasi hasil belajar, dan pengembangan siswa untuk mengaktualisasikan
berbagai potensi yang dimilikinya.
Kompetensi
pedagogik memuat pemahaman akan sifat, ciri anak didik atau siswa dan
perkembangannya. Dengan demikian, kompetensi pedagogik adalah kemampuan seorang
guru dibidang pengetahuan yang diajarkannya dan ahli dalam tugas mendidik.
- Kompetensi Profesional
Kompetensi
profesional adalah kemampuan penguasaan materi pelajaran secara luas dan
mendalam yang memungkinkan membimbing peserta didik memenuhi standar kompetensi
yang ditetapkan dalam standar pendidikan nasional. Seorang guru dapat dinilai
berkompetensi secara professional apabila:
- Guru mampu mengembangkan tanggungjawab dengan sebaik-baiknya
- Guru mampu melaksanakan peran-perannya secara berhasil
- Guru tersebut mampu bekerja dalam usaha mencapai tujuan Pendidikan Nasional
- Guru mampu melaksanakan peranannya dalam proses pembelajaran dikelas
Dalam
kompetensi profesional yang harus dimiliki seorang guru profesional adalah
sebagai berikut:
- Menyusun Program Pengajaran (membuat perencanaan program belajar mengajar)
Perencanaan
pengajaran merupakan suatu disiplin yang sangat berkaitan sekali dengan upaya
pengembangan pengetahuan tentang bermacam metode pengajaran dan
mengkombinasikan metode-metode tersebut secara optimal pada situasi yang tepat
kapan seharusnya metode-metode tersebut digunakan.
- Melaksanakan Program Pembelajaran
Ada
sepuluh kompetensi dasar yang berhubungan dengan proses pembelajaran:[7]
- Menguasai bahan yang akan diajarkan
- Mengelola program belajar mengajar
- Mengelola kelas
Mengelola
kelas adalah satu tugas guru yang tidak pernah ditinggalkan.pengelolaan kelas
dimaksudkan untuk menciptakan lingkungan belajar yang kondusif bagi anak didik
sehingga tercapai tujuan pengajaran secara efektif dan efisien.[8]
- Menggunakan media atau sumber belajar
- Menguasai landasan-landasan kependidikan
- Mengelola interaksi belajar mengajar
- Menilai prestasi siswa untuk kepentingan pengajaran
- Mengenal fungsi dan program bimbingan dan penyuluhan disekolah
- Mengenal dan menyelenggarakan administrasi sekolah
- Memahami prinsip-prinsip dan menafsirkan hasil penelitian pendidikan guna keperluan pengajaran.
- Melaksanakan Evaluasi Pembelajaran
Melalui
kegiatan ini seorang pendidik akan mengetahui, apakah kegiatan yang dilakukan
sudah mencapai sasaran atau tidak. Ini merupakan tahapan yang sangat penting
sekali untuk dilakukan.
- Kompetensi Sosial
Kompetensi
sosial adalah kemampuan guru dalam membina dan mengembangkan interaksi sosial,
baik sebagai tenaga profesional maupun sebagai warga masyarakat. Hal-hal yang
harus dilakukan pendidikan agama islam dalam kompetensi sosial adalah:
-
Berinteraksi dengan sejawat untuk meningkatkan kemampuan profesional
-
Berinteraksi dengan masyarakat untuk pelaksanaan misi masyarakat.
- C. Interaksi Guru dan Murid
Sebelum
kita membahas pada interaksi guru dan murid, sebelumnya kita harus memahami
dulu kondisi peserta didik. Peserta didik maksudnya disini adalah orang yang
sedang berada dalam fase pertumbuhan dan perkembangan baik secara fisik maupun
psikis, pertumbuhan dan perkembangan merupakan ciri seorang peserta didik yang
perlu bimbingan dari seorang pendidik. Sehingga dibutuhkan binaan dan bimbingan
untuk mengatualisasikannya agar ia dapat menjadi susila yang cakap.
Dalam
perspektif Undang-Undang sistem pendidikan nasional no.20 tahun 2003 pasal 1
ayat 4, “Peserta didik diartikan sebagai anggota masyarakat yang berusaha
mengembangkan dirinya melalui proses pendidikan pada jalur jenjang dan jenis
pendidikan tertentu”. Berdasarkan pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa
peserta didik itu memiliki sejumlah karakteristik, antara lain:
- Peserta didik adalah individu yang sedang berkembang. Artinya peserta didik tengah mengalami perubahan-perubahan dalam dirinya secara wajar, baik yang ditujukan kepada diri sendiri maupun yang diarahinya pada penyesuaian dengan lingkungannya.
- Peserta didik adalah individu yang membutuhkan bimbingan individual dan perlakuan manusiawi
- Peserta didik adalah individu yang memiliki kemampuan untuk mandiri
Berdasarkan
penjelasan diatas kita dapat mengetahui bahwasannya peserta didik memiliki
banyak karakter, sedangkan ilmu filsafat mempelajari tentang ilmu jiwa. Jadi,
disini kita dapat mengetahui bahawasannya pendidikan juga memiliki kaitan yang
sangat erat dengan dengan filsafat. Karena jika seorang pendidik memiliki
pengetahuan tentang ilmu jiwa maka pendidik akan bisa mengetahui kurang
lebihnya bagaimana karakter seorang peserta didik tersebut, serta bagaimana
kondisi dan jiwa anak tersebut. Pendidik juga bisa melihat apakah anak tersebut
memiliki masalah atau gangguan lainnya. Selain itu, pendidik juga dapat melihat
bakat yang ada para diri individu masing-masing peserta didik.
Selain
karakter peserta didik juga memiliki kebutuhan dan ini juga merupakan jalan
untuk melakukan interaksi antara pendidik dengan peserta didik atau yang sering
disebut guru dengan muridnya. Kebutuhan tersebut terbagi atas:
- Kebutuhan Jasmani
Kebutuhan
jasmani merupakan kebutuhan dasar setiap individu manusia yang tidak
dipengaruhi oleh lingkungan dan pendidikan. Kebutuhan jasmani murid yang harus
mendapatkan perhatian dari guru di sekolah adalah: makan, minum, pakaian,
oksigen, istirahat, kesehatan jasmani, gerak-gerak jasmani, serta terhindar
dari berbagai ancaman. Apabila kebutuhan jasmani ini tidak terpenuhi, selain
mempengaruhi pembentukan pribadi dan perkembangan psikososial peserta didik,
juga akan sangat berpengaruh terhadap proses belajar mengajar di sekolah. Untuk
memenuhi kebutuhan jasmani peserta didik, sekolah melakukan upaya-upaya
seperti:
ü
Memberikan pemahaman terhadap peserta didiktentang pentingnya pola hidup sehat
dan teratur
ü
Menanamkan kesadaran kepada peserta didik untuk mengosumsi makanan-makanan yang
mengandung gizi dan vitamin tinggi
ü
Memberi kesempatan kepada peserta didik untuk beristirahat
ü
Member pendidikan jasmani dan latihan-latihan fisik seperti olahraga
ü
Menyediakan berbagai sarana di lingkungan sekolah yang memungkinkan peserta
didik dapat bergerak bebas, bermain, berolahraga, dsb
ü
Merancang bangunan sekolah sedemikian rupa dengan memperhatikan percahayaan,
serkulasi udara, suhu dsb. Yang memungkinkan peserta didik dapat belajar dengan
nyaman
ü
Mengatur tempat duduk peserta didik didalam kelas sesuai dengan kondisi fisik
mereka masisng-masing.
- Kebutuhan Pribadi
Anak
didik memiliki dorongan untuk memuaskan keinginan untuk mengetahui sesuatu,
untuk menyatakan pikiran dan perasaannya dengan jalan bahasa, pekerjaan,
lukisan, seni, suara, dll.
- Kebutuhan Sosial
Manusia
adalah makhluk yang tidak lepas dari masyarakat, setiap masyarakat harus hidup
dalam hubungan yang erat dengan orang lainuntuk mencapai kebahagiaannya,
membimbing anak agar ia menjadi makhluk sosial yaitu suatu fungsi sekolah yang
sangat penting.
- Kebutuhan Psikologi
- Kebutuhan akan rasa aman
- Kebutuhan akan kasih sayang
- Kebutuhan akan penghargaan
- Kebutuhan akan rasa bebas
- Kebutuhan akan rasa sukses
- Kebutuhan akan agama
Selain
itu peserta didik juga memiliki sifat-sifat yang dapat oleh seorang pendidik
melalui ilmu filsafat yang terdapat didalam diri pendidik. Seorang pendidik
yang baik atau yang sering disebut dalam dunia pendidikan seorang pendidik yang
profesional adalah pendidik yang bisa mengerti dan memehami bagaimana seorang pendidik.
Seorang pendidik itu mengerti bgaimana sifat, karakter, kebutuhan serta juga
harus melakukan pendekatan-pendekatan.
Sifat-sifat
peserta didik adalah sebagai berikut:
-
Kelemahan dan ketidak berdayaan
Kelemahan
adalah jasmani dan rohaninya, sedangkan ketidak berdayaan tersebut dikarenakan
kemampuan dan potensi dirinya belum berkembang.
-
Berkemampuan untuk berkembang
-
Ingin menjadi diri sendiri
Selain
adanya hak, seorang peserta didik juga ada berbagai sifat yang mencerminkan
sikap seorang yang terdidik yaitu berbudi dan berakhlak mulia, sebagai manusia
yang berpendidikan, baik dilingkungan sekolah maupun masyarakat.
Disini
peserta didik harus bersifat sebagai berikut:
-
Mematuhi semua peraturan yang berlaku
-
Menghormati tenaga pendidikan
-
Ikut memelihara sarana dan pra sarana serta kebersihan, ketertiban dan keamanan
satuan kependidikan yang bersangkutan.
Karena
peserta didik memiliki kebutuhan dan sifat yang berbeda-beda, maka seorang
pendidik juga harus memiliki pemahaman mengenai bagaimana cara pendekatan dan
metode untuk menghadapi peserta didik dalam proses belajar mengajar. Dalam
proses pendekatan ini kita juga bisa melakukan interaksi dengan peserta didik.
Yang
dimaksud dengan pendekatan pembelajaran adalah suatu bentuk titik tolak atau
sudut pandang kita dalam proses pembelajaran, yang merujuk pada pandangan
tentang terjadinya suatu proses yang sifatnya masih sangat umum. Di dalamnya
terjadi proses mewadahi, menginspirasi, menguatkan, melatari metode
pembelajaran dengan cakupan teoritis tertentu.
Dilihat
dari pendekatannya, dalam pembelajaran pendekatan terhadap peserta didik
terbagi menjadi 2, yaitu:
- Pendekatan pembelajaran yang berorientasi atau berpusat pada siswa (student centered approach)
- Pendekatan pembelajaran yang berorientasi atau berpusat pada guru (teacher centered approach)
Selain
itu ada beberapa pendekatan yang sering digunakan dalam pendidikan:
- Pendekatan Tujuan Pembelajaran
Pendekatan
ini berorientasi pada tujuan akhir pembelajaran yang akan dicapai, dengan
pendekatan ini seorang pendidik akan melakukan interaksi yang dirancang
bertujuan untuk keberhasilan suatu tujuan.
- Pendekatan Konsep
Pembelajaran
dengan menggunakan pendekatan konsep berarti peserta didik dibimbing memahami
suatu bahasan melalui pemahaman konsep yang terkandung didalamnya.
- Pendekatan Lingkungan
Penggunaan
pendekatan ini berarti mengaitkan lingkungan dalam suatu proses belajar
mengajar. Lingkungan dijadikan sebagai salah satu sumber dalam belajar.
- Pendekatan Inkuiri
Penggunaan
ikatan inkuiri adalah mengajarkan peserta didik untuk mengendalikan sesuatu
yang dihadapinyaketika berhubungan dengan dunia fisik.
- Pendekatan Proses
Penggunaan
pendekatan proses bertujuan untuk mengembangkan kemampuan siswa dalam
keterampilan proses.
- Pendekatan Interaktif
Pendekatan
ini merupakan memberi kesempatan kepada siswa untuk mengajukan pertanyaan dan
kemudian melakukan penyelidikan yang berkaitan dengan pertanyaan yang mereka
ajukan.
- Pendekatan Pemecahan Masalah
Pendekatan
ini berangkat dari masalah yang dipecahkan melalui pratikum atau pengamatan.
Pendekatan ini memiliki dua versi, versi yang pertama yaitu siswa dapat
menerima saran tentang prosedur yang digunakan, cara mengumpulkan data,
menyusun data, dan menyusun serangkaian pertanyaan yang mengarah ke pemecahan
masalah. Sedangkan, versi yang kedua adalah hanya masalah yang dimunculkan,
siswa yang merancang pemecahannya sendiri.
- Pendekatan Terpadu
Pendekatan
ini intinya yaitu memadukan dua unsur atau lebih dalam suatu kegiatan
pembelajaran.
Dengan
memperhatikan peserta didik tersebut dengan baik, maka tanpa sengaja telah terjadi
interaksi antara peserta didik dengan pendidik yang tanpa disadari. Interaksi
ini akan selalu terjalin baik apabila seorang pendidik memperhatikan bagaimana
perkembangan pribadi jiwa peserta didiknya. Selain itu, semua hal diatas juga
sangat berhubungan dengan pendekatan yang harus dilakukan seorang pendidik,
karena dengan jalan pendekatan ini seorang pendidik bisa menilai serta memahami
dan mengetahui bagaimana kondisi dan keadaan peserta didik tersebut. Begitupun
sebaliknya, semua tindakan diatas juga sangat berhubungan dengan ilmu filsafat
karena pada tindakan ini kita memerlukan penilaian tentang ilmu jiwa seorang
peserta didik. Dan ilmu yang membahas atau mengkaji tentang ilmu jiwa adalah
ilmu filsafat, maka sebab itu ilmu filsafat sangat memiliki peranan dan
hubungan yang sangt erat sekali dengan ilmu pendidikan. Karena seorang pendidik
harus selalu mengetahui atau memantau bagaimana kondisi perkembangan peserta
didiknya.
Intinya
disini, ilmu filsafat sangat diperlukan sekali oleh pendidik karena ilmu
filsafat merupakan ilmu jiwa dan sedangkan pendidik harus memperhatikan
perkembangan peserta didiknya. Dan penilaian itu akan dilakukannya dengan
menggunakan pengkajian ilmu filsafat. Untuk mendapatkan hasil yang maksimal
pendidik terlebih dahulu harus memperhatikan kebutuhan dan sifat-sifat peserta
didik dan semua itu dengan jalan melakukan pendekatan-pendekatan. Dan apabila,
semua langkah-langkah tersebut telah dilakukan oleh pendidik, maka dengan mudah
pendidik akan mengetahui bagaimana keadaan peserta didiknya tersebut, baik dari
fisik maupun non fisik. Seorang pendidik akan mengetahui jika seprang peserta
didik itu memiliki masalah atau gangguan lainnya dan maupun kesulitan-kesulitan
lainnya. Dan jika seorang pendidik yang profesional telah menemukan hal
tersebut, maka pendidik tersebut akan melakukan tindakan untuk membantu dan
membentuk peserta didiknya tersebut menjadi lebih baik dan keluar dari
masalahnya tersebut. Disini juga terjalin salah satu interaksi yang sangat baik
selain dalam proses belajar mengajar.
- D. GURU SEBAGAI PENDIDIK
Menurut
Prof. Dr. Zakia Drajat dkk (1992:41) tidak sembarangan orang yang dapat menjadi
guru, tetapi harus memenuhi beberapa persyaratan antara lain:
- Taqwa kepada Allah SWT
- Berilmu
- Sehat jasmani
- Berkelakuan baik
Selain
itu seorang guru juga memiliki sifat-sifat untuk menjadi seorang pendidik yang
baik.
-
Seorang guru hendaknya bersifat adil
-
Guru hendaknya percaya dan menyayangi murid-muridnya
-
Guru hendaklah memiliki sifat sabardan rela berkorban
-
Guru hendaklah mempunyai kewibawaan
-
Guru hendaklah periang dan gembira
-
Guru mempunyai sifat ramah tamah terhadap sesama guru
-
Guru hendaklah disenangi dan menyenangkan masyarakat
-
Guru harus menguasai mata pelajarannya
-
Guru harus menyukai mata pelajaran yang diajarkannya
-
Guru hendaklah mempunyai pengetahuan yang luas
Menurut
Prof. Dr. Asnawir, seorang guru sebagai pendidik memiliki tugas dan tanggung
jawab, antara lain sebagai berikut:
- Tugas dan tanggung jawab dengan anak didik berupa mengarahkan, membimbing dan membenahi kekurangankekurangan peserta didik dan mendidiknya menjadi manusia dewasa, sempurna, sehat jasmani dan rohani.
- Tugas dan bertanggung jawab dengan guru lain, seperti menjalin hubungan baik dan bekerja sama dalam mengarahkan dan mendidik siswa
- Tugas dan tanggung jawab dengan atasan, hal ini bertujuan agar tidak terjadinya hubungan yang tidak menyenangkan
- Tugas dan tanggung jawab dengan orang tua murid, atau dengan masyarakat
Menurut
Al-Ghazali dalam buku Muhaimin tugas pendidik yang utama adalah menyempurnakan,
membersihkan, mensucikan hati manusia untuk bertaqarrub kepada Allah SWT.
Beberapa
tanggung jawab guru sebagai pendidik, antara lain:
- Seorang guru harus menuntun peserta didik
- Turut serta merancang kurikulum sekolah
- Melakukan pembinaan terhadap diri siswa (kepribadian, watak, jasmaniah)
- Memberikan bimbingan pada peserta didik
- Melakukan diagnosis atas kesulitan belajar dan menjadikan penilaian atas kemauan belajar
- Menyelenggarakan penelitian
- Mengenal masyarakat dan ikut serta aktif
- Menghayati dan mengamalkan Pancasila
- Turut serta membantu terciptanya kesatuan dan persatuan bangsa dan perdamaian dunia
- Turut menyukseskan pembangunan
- Tanggung jawab meningkatkan peranan profesional guru
Seorang
pendidik yang baik juga harus memiliki atau mempunyai sifat yang baik agar bisa
menjadi panduan atau contoh yang baik untuk peserta didiknya. Karena peserta
didik akan mencontoh tindakan gurunya, apa lagi bila kita mengajar di sekolah
dasar atau tingkat bawah yang mana anak-anak pada masa ini dalam masa
pembentukan dan pengenalan lingkungan. Seperti ada ungkapan yang mengatakan
“guru kencing berdiri, anak kencing berlari”, maksud ungkapan tersebut adalah
bahwasannya dalam ungkapan tersebut menggambarkan bagaimana seorang anak atau
peserta didik akan mendapatkan dampak yang sangat jauh buruknya. Seorang
peserta didik akan memiliki tingkah laku atau tingkat kenakalan yang sangat
tinggi atau sangat buruk sekali. Bagi anak yang dalam masa pertumbuhan atau
yang tingkat dasar, mereka akan menganggap seorang guru itu idola mereka jadi
apapun perbuatan guru tersebut akan menjadi pedoman atau acuan untuk kedepannya
maka kita harus memiliki sifat yang baik juga sebagai pendidik.
Disini
kita juga bisa menggunakan kajian ilmu filsafat, selain kita memberikan contoh
yang baik kepada peserta didik sebelumnya pendidik terlebih dahulu harus
mengetahui bagaimana pribadi seorang peserta didik tersebut. Karena pribadi
setiap orang itu berbeda-beda, selain itu setiap orang itu juga memiliki
masalah dan latar belakang yang berbeda. Jadi seorang guru tersebut harus
menilai bagaimana pribadi setiap peserta didik dan kemudian melakukan pendekatan-pendekatan
agar bisa menjadi panutan yang baik bagi peserta didik.
Jadi
intinya dari semua uraian penjelasan diatas, kita bisa menyimpulkan bahwasannya
ilmu kajian filsafat sangat berkaitan sekali dengan dunia pendidikan. Karena
memiliki objek pembentukan yang sama, yaitu manusia. Selain itu dalam dunia
pendidikan kajian ilmu filsafat sangat dibutuhkan sekali oleh pendidik untuk
mengetahui, memahami dan mempelajari tentang jiwa, karakter serta pribadi
seorang peserta didik.
Apabila
seorang pendidik telah bisa melakukan tindakan penilaian tersebut maka pendidik
tersebut akan mengetahui bagaimana yang harus dilakukan peserta didik tersebut,
agar peserta didik tersebut bisa keluar dari masalah-masalahnya. Seorang
pendidik juga harus bisa menjadi panutan bagi peserta didiknya, agar membentuk
atau menghasikan peserta didik yang baik yang bisa menghadapi perkembangan ke
depannya.
[1] Dr. Hasan Bakti Nasution, M.A.
Filsafat Umum,(Jakarta: Gaya Media Pratama, 2001), h. 6
[2] Prof. Dr. Ahmad Tafsir. Filsafat
Umum: Akal dan Hati Sejak Thales sampai Capra, (Bandung:Remaja Rosdakarya
Offset, 2000) h.14
[3] Prof. H. M. Arifin, M.Ed. Filsafat
Pendidikan Islam, (Jakarta: PT. Bina Aksara,1987), h. 1
[4] Dra. Zuhairini, dkk.
Filsafat Pendidikan Islam, (Jakarta: Bumi Aksara, 2004), h. 120
[5] Sasmi Nelwati, Dasar-dasar
Kependidikan, (Padang: IAIN IB Padang, 2006), Hal. 86-87
[6] Ibid. Hal. 117
[7] Sadirman A.M, Interaksi dan
Motivasi Belajar Mengajar, (Jakart: PT. RajaGrafindo Persada, 2010), Hal.
164-179
[8] Syaiful Bahri Djamarah, dkk, Strategi
Belajar Mengajar, (Jakarta: Rineka Cipta, 1997), Hal. 195-196
0 komentar:
Posting Komentar